Sekolah Hebat Berprestasi
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE CARD SORT PADA MATERI BENDA TUNGGAL DAN CAMPURAN DI KELAS V SD NEGERI 35 LUBUKLINGGAU
Nama : Sari Devi Wulandari
Nim : 856740057
sarideviwulandari123@gmail.com
Abstrak. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya hasil belajar Siswa melalui Metode Card Sort pada Materi Benda Tunggal Dan Campuran Di Kelas V SD Negeri 35 Lubuklinggau. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 35 Lubuklinggau yang berjumlah 20 orang, terdiri dari 9 Laki-laki dan 11 Perempuan. Berdasarkan hasil penelitian hasil belajar siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam mengalami peningkatan hal ini terlihat dari hasil belajar siswa setelah menggunakan metode card sort pada materi benda tunggal dan campuran. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus pada prasiklus yaitu dari 20 siswa terdapat 7 siswa (35%) telah mencapai ketuntasan belajar dan 13 siswa (65%) belum mencapai ketuntasan belajar dengan rata-rata 64,5. Setelah menggunakan metode card sord pada siklus I bahwa sebanyak 16 siswa (80%) telah mencapai ketuntasan belajar dan 4 siswa (35%) belum mencapai ketuntasan belajar dengan rata-rata 79,5. Setelah dilakukan tindakan siklus II diketahui 20 siswa (100%) telah mencapai ketuntasan belajar dengan rata-rata 85,75. Maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode card sort dapat meningkatkan hasil belajar siswa SD Negeri 35 Lubuklinggau pada mata pelajaran IPA materi benda tunggal dan campuran.
Kata kunci : Hasil Belajar, Materi IPA, Metode Card Sord
Ilmu yang mempelajari tentang alam disebut juga IPA erat kaitannya dengan menganalisis dan secara sistematis mempelajari ilmu-ilmu hayat. Ilmu alam atau ilmu pengetahuan alam (IPA) perkembangannya sangatlah pesat itu yang menjadikan pendidik dapat melaksanakan dan merencanakan suatu pendidikan kompeten dan terarah dalam hal penguasaan materi IPA, supaya dapat diterapkan dalam kehidupan nyata maupun kehidupan bermasyarakat. Ilmu sains dikenal juga dengan ilmu pengetahuan alam (IPA). Oleh sebab itu IPA bukan hanya menekankan penguasaan tentang sekumpulan pembelajaran yang berisikan konsep, fakta-fakta, dan prinsip, tetapi melainkan suatu proses penemuan/temuan. Sehingga tecapai keberhasilan siswa dalam belajar
Untuk melihat tercapainya tujuan pembelajaran yang diinginkan setidaknya perlu adanya evaluasi pembelajaran terhadap siswa. dari data yang diperoleh peneliti melalui ulangan harian mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam siswa Kelas V SD Negeri 35 Lubuklinggau dari 20 siswa, yang mencapai ketuntasan belajar hanya 7 siswa atau 35% yang memperoleh nilai di atas 65 dan 13 siswa atau 65% yang memperoleh nilai dibawah 65, artinya hasil evaluasi tersebut menunjukan bahwa masih banyak siswa yang belum mampu mencapai KKM dengan maksimal 70.
faktor yang menyebabkan rendah hasil belajar peserta didik misalnya belajar terlalu abstrak bagi siswa, cara mengajar guru cenderung membosankan, sarana prasarana yang tidak memadai dan sebagainya. Namun salah satu faktor penyebabnya adalah anggapan guru bahwa guru cukup menjelaskan secara verbal tanpa menerapkan strategi pembelajaran yang bisa memperkuat pemahaman siswa terhadap materi belajar. Padahal sebenarnya penerapan variasi model pembelajaran bisa menyenangkan bagi siswa, memperkuat pemahaman dan menarik perhatian siswa terhadap materi belajar.
Uraian di atas menjelaskan, proses belajar mengajar yang dilaksanakan guru belum maksimal. terdapat berapa kekurangan yang membuat rendahnya penguasaan siswa Kelas V SD Negeri 35 Lubuklinggau semester II tahun pelajaran 2021 terhadap Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam antara lain pendidik hanya berpedoman dengan buku paket dan menggunakan mode ceramah yang menyebabkan kurangnya motivasi belajar siswa.
Berdasarkan permasalahan diatas perlu diadakan upaya perbaikan pembelajaran. Upaya perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan dalam dua siklus. Menurut (Wardani) dalam suatu rencana perbaikan pembelajaran terdapat beberapa tahapan yang meliputi : tahap merencanakan, tahap pengambilan langkah, mengamati, serta refleksi. Upaya yang dilakukan pendidik di sekolah yakni menggunakan strategi untuk mencapai hasil belajar siswa yang lebih menarik dan terpusat. Bagaimanapun, tidak dapat dipungkiri bahwa kemajuan dan keterbelakangan dalam sifat persekolahan selalu dikembalikan kepada masing-masing pengajar (pendidik), meskipun demikian secara berlebihan, dengan alasan bahwa pencapaian suatu pengajaran dan pembelajaran Ukuran ditentukan oleh banyak komponen, seperti siswa, model, perangkat, dan kantor pameran, serta situasinya. belajar.
Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti memiliki ketertarikan untuk melaksanakan Penelitian Perbaikan Pembelajaran dengan Tema ”Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Card Sort pada Materi Benda Tunggal dan Campuran di Kelas V SD Negeri 35 Lubuklinggau” yang diharapkan agar dapat membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang peneliti kemukakan permasalahan pada penelitian ini adalah: “Bagaimana Memperbaiki Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Card Sort pada Materi Benda Tunggal dan Campuran di Kelas V SD Negeri 35 Lubuklinggau”?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk Memberpaiki Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Card Sort pada Materi Benda Tunggal dan Campuran di Kelas V SD Negeri 35 Lubuklinggau.
D. Manfaat Hasil Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
Sudjana dalam Rusman (2012) kegiatan yang dijalankan oleh pendidik dan peserta didik meliputi mengamati, mamahami, melihat, dan menilai merupakan pengertian proses belajar. Belajar dimulai dari kelahiran manusia sampai akhir hayat. Belajar merupakan interaksi yang dilalui oleh perkembangan yang terjadi pada diri manusia itu sendiri. Proses belajar merupakan suatu tindakan yang dijalankan orang dengan sengaja agar memperoleh berbagai ingatan atau jejak dari apa yang sudah dikonsentrasikan sebelumnya dan akibat dari kerjasama dengan daerah setempat dan iklim secara umum.
Sedangkan Slameto (2010) mengemukakan, belajar ialah segala kegiatan yang dilakukan untuk mencapai perubahan pada diri baik perubahan sikap maupun juga tingkah laku secara menyeluruh, dari suatu pengalaman dari interaksi dengan lingkungan sekitar. Lain halnya dengan pendapat Sardiman (2011) menyatakan kegiatan seperti mendengar, mengamati, meniru, membaca, dan sebagainya, dengan maksud untuk perubahan tingkah laku kearah lebih baik yakni pengertian dari belajar. Proses belajar akan sangat baik jika objek utama yakni peserta didik itu memang benar melakukan dan mengalami, sehingga tidak bersifat verbalistik/hanya lewat saja.
Dari beberapa kesimpulan para ahli diatas, dapat ditarik simpulan belajar ialah kegiatan yang dilakukan dengan maksud untuk merubah tingkah laku peserta didik secara keseluruhan dengan memperhatikan, menyetel, meniru, dan membaca dengan teliti latihan-latihan yang dilakukan oleh orang-orang tersebut. Belajar juga dimula dari manusia lahir sampai akhir hayat, dalam artian belajar tidak mengenal umur, baik tua maupun muda.
Suatu proses akhir peserta didik dalam melewati dan melakukan suatu proses belajar mengajar merupakan pengertian dari hasil belajar. Menurut Mulyasa (2008) mengatakan, prestasi belajar pada peserta didik di sangkutkan dengan indicator kompetensi dan perubahan sifat ialah pengertian dari hasil belajar. Yang menjadi penilaian akhir peserta didik yakni dengan peserta didik mampu menguasai kompetensi dengan wujud hasil akhir belajar yang mengarah pada pengalaman di lapangan/langsung.
Sudjana (2010) menerangkan hasil belajar ialah kemampuan murid dalam penerimaan transper pengetahuan yang telah dilewatinya. Hasil belajar mencangkup tentang pengalaman langung yang berupa sikap dan akademik dari kemampuan maupun kompetensi peserta didik. Sedangkan menurut Slameto (2010) dalam Nih Endrawati (2014) hasil belajar mencakup tentang perubahan sifat maupun tingkah laku yang meliputi : (1) nyata, (2) sifatnya fungsional dan kontinu, (3) tidak bersifat sementara, dan (4) terarah dari segi tujuan pembelajarnya.
Kesimpulan, hasil belajar merupakan hasil akhir dari penemuan yang dilewatkan murid. Hasil belajar menyangkut tentang aspek yang dinilai adalah kognitif/pisikologis, afektif/sikap, dan pisikomotorik. Hasil belajar juga ialah perbuatan yang dilakukan secara sadar dan sifatnya bukan hanya sekadar sementara. Adapun tujuan dari hasil belajar untuk mengukur seberapa pahamnya siswa dalam suatu proses pembelajaran yang telah terjadi sebelumnya.
Aspek hasil belajar antara lain :
Kognitif/psikologis adalah sudut pandang yang diidentikkan dengan hasil belajar terakhir yang diidentifikasikan dengan ilmiah yang terdiri dari bagian informasi atau memori, mendapatkan aplikasi, pemeriksaan, penggabungan dan penilaian. Dua bagian informasi atau memori dan bagian pemahaman juga disebut sudut pandang intelektual tingkat rendah yang hanya menyangkut pemahaman dan informasi, sedangkan bagian mendapatkan aplikasi, penyelidikan, kombinasi dan penilaian juga disebut perspektif psikologis tingkat signifikan karena khawatir menggali. pemeriksaan.
Aspek afektif menyangkut tentang sikap dan nilai antara lain: (1) Receiving/attending, merupakan jenis sensibilitas dalam penerimaan stimulus yang datangnya dari asing berbentuk suatu masalah, gejala, situasi dan lain sebagainya. (2) Reacting atau jawaban adalah respon yang muncul dari seseorang dalam mendapatkan upgrade yang datang dari luar. (3) Evaluasi sehubungan dengan keyakinan dan sisi positif dari suatu masalah atau manifestasi. (4) Organisasi, yaitu peningkatan sikap dan nilai ke dalam kerangka kerja otoritatif, termasuk mengidentifikasi tambahan dengan keterhubungan nilai yang satu dengan yang lainnya , kebutuhan, serta penguatan sikap baru. (5) Internalisasi sikap dan krakteristik, yaitu khususnya kombinasi berbagai kerangka penilaian pada masa ini dari seorang individu, terpengaruh dari teladan perilaku dan karakter seseorang.
Psikomotorik menyangkut ruang yang diidentifikasikan dengan hasil belajar terakhir sebagai kemampuan atau kapasitas individu untuk bertindak. Perspektif psikomotor terdiri dari enam sudut pandang, yaitu (1) Perkembangan (refleks) atau dapat juga diartikan sebagai perkembangan yang tidak disadari. (2) Kemampuan tentang perkembangan dasar tubuh manusia. (3) kemampuan persepsi menyiratkan kemampuan untuk mengenali pendengaran, visual dan motorik. (4) Kapasitas di lapangan yang sebenarnya misalnya kekuatan, ketepatan dan konkordansi. (5) Pengembangan kemampuan, misalnya kemampuan yang paling sederhana hingga kemampuan yang kompleks. (6) Gerakan interpretative dan gerakan ekspresif.
Faktor yang mempengaruhi hasil belajar pada siswa adalah faktor yang berasal dari dalam (internal) dan faktor yang berasal dari luar (outer/eksternal).
Menurut Made Wena, (2010) metode card sort ialah konsep yang kegiatannya menggunakan suatu alat bantu mengajar menggunakan kartu soal yang telah dibagi menjadi dua yaitu kartu induk dan kartu soal, yang telah digolongkan terlebih dahulu. Konsep ini dapat merangsang siswa agar lebih aktif dan kelas tidak menjadi membosankan. Tugas siswa yakni dalam suatu KBM ialah menggunakan konsep pengurutan kartu dari kartu induk dan kartu soal dan mengambil bagian yang lebih dinamis, khususnya dengan menitik beratkan pada perkembangan aktual dengan memilih atau menyusun kartu. Sedangkan Istiarani (2011) menyatakan metode pembelajaran permainan kartu soal (card sort) bertujuan supaya peserta didik dapat berpartisifasi secara aktif dan berpikir kiritis saat proses pembelajaran berlangsung dan kelas menjadi inovatif.
Jadi dapat disimpulkan metode Card Sort (permaian kartu soal) merupakan metode belajar aktif yang melibatkan siswa agar menjadi dinamis dengan memanfaatkan pemikiran peserta didik dalam mendapatkan/menemukan ide-ide menangani permasalahan proses belajar mengajar yang telah berlangsung, serta mempersiapkan intelektual dan mempersiapkan kemampuan peserta didik yang sebenarnya.
Langkah-langkah metode card sort yakni : (1) Siswa berikan kartu induk dan kartu ujian yang memuat fakta meliputi kartu induk dan kartu ujian. (2) Siswa diajak berkeliling keseluruh ruangan kelas berkeliling secara aktif agar menemukan pasangan kartu induk dan kartu soal. Sedangkan sebelumnya tenaga pendidik (guru) tugasnya mengumumkan kategori kartu tesebut atau membiarkan peserta didik melakukan aktif untuk menemukan kategori kartu tersebut. (3) Peserta didik (siswa) dengan klasifikasi serupa didekati untuk memperkenalkan klasifikasi dari kartu induk dan kartu soal di depan kelas. (4) Ketika peserta didik mempersentasikan dari setiapkategori kartu, pendidik memberikan poin penting terkait materi pembelajaran.
kelebihan dan kelemahan metode pembelajaran permainan kartu soal menurut Berliana dalam Istiarani (2011), yakni :
Benda/zat hanya terdiri dari satu komponen dari satuan benda tunggal merupakan pengertian dari benda tunggal. Zat/benda tunggal disebut juga benda murni yang tidak tercampur oleh zat lainnya. Conto benda yang hanya terdiri dari komponen benda yakni gula murni, garam, baking soda emas, berlian dan tembaga. Benda tunggal terbagi menjadi dua komponen ialah :
Zat yang tak dapat dibagi-bagi menjadi zat yang lebih sederhana lagi dalam kimia adalah pengertian dari komponen benda tunggal yakni unsur. Di dalam unsur terdapat dua komponen yakni komponen unsur yang berbentuk logan dan komponen unsur yang berbentuk non logam yang antara lain : (1) Komponen unsur logam ialah benda yang wujudnya terlihat mengkilap. Wujudnya padat tetapi dapat mencair jika terkena reaksi yang dihasilkan panas. Misalnya, emas yang ditemukan dalam bentuk bijih, namun ketika dipanaskan ia akan leleh sehingga bisa dibentuk sedemikian rupa menjadi perhiasan cantik. (2) Komponen unsur non logam ialah komponen yang wujudnya bisa berbentuk padat, gas, serta cair. Komponen unsur logam tidak seperti komponen unsur logam yang wujudnya mengkilap Contoh komponen non logam adalah karbon, oksigen, Neon, dan hydrogen.
Zat yang tidak hanya terdiri dari satu zat saja tetapi zat yang dapat di uraikan lagi menjadi beberapa zat lainnya. Contoh ialah Air, Garam dapur atau natrium klorida, gula, Karbondioksida, Karbonmonoksida, Amonia, Asam asetat atau cuka, Asam sulfat, Asam klorida, Natrium hidroksida, Kalium hidroksida.
Benda/zat yang komponennya lebih dari satu, bisa terdiri dari dua atau lebih komponennya adalah pengertian dari zat/benda campuran. Di dalam zat campuran tidak memiliki takaran/komposisi yang sama dan tidak sifatnya tidak dapat tercampur. Oleh sebab itu ketika zat campuran yang telah di padukan sifat dasarnya masih akan terlihat. Zat campuran terdiri atas :
Zat yang tediri dari dua zat penyusun dan campran penyusunnya menyatu dan tercampur secara sempurna adalah pengertian dari zat campuran homogeny. Zat campuran homogeny terbagi secara praktis dengan komponen partikel dapat dilihat secara jelas dan tak diketahui lagi serta komponen campuran batas antar zat tak dapat di lihat dengan jelas, meskipun menggunakan kaca pembesar. Misalnya menggabungkan sirup, gula, dan air serta menggabungkan pembuatan oralit yakni garam, gula, dan air yang komposisinya tertakar.
Zat yang terdiri atas dua zat yang tidak bisa menyatu dengan baik, zat campuran yang tak bisa bercampur secara sempurna adalah pengertian dari zat campuran heterogen. Arti dari tak dapat tercampur ialah kemungkinan di dalam zat masih ada beberapa endapan yang tersisa. Dalam zat heterogen zat campurannya tidak memiliki rasa, bayangan, persamaan, maupun pemeriksa. Contoh campuran heterogen antara lain : (1) Kopi dan air setelah diaduk kopi akan mengendap dibawah gelas, (2) Air dan pasir, (3) Lumpur lama-lama bisa terurai antara tanah dan air, (4) Semprotan Aerosol seperti pengharum ruangan, deodorant.
III. PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
Adapun pelaksanaan dilakukan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam pada materi benda tunggal dan campuran di SD Negeri 35 Lubuklinggau tahun pelajaran 2021. Subyek penelitian adalah siswa di Kelas V SD Negeri 35 Lubuklinggau yang berjumlah 20 orang, terdiri atas 9 siswa dan 11 siswi. Penelitian dilaksanakan pada selama bulan April - Mei sesuai jadwal pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di V SD Negeri 35 Lubuklinggau. Pelaksanaan perbaikan pembelajaran meliputi siklus I dan siklus II. Siklus I dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 28 April 2021, sedangkan siklus II dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 05 Mei 2021. Pelaksanaan Tindakan dalam penelitian ini dilaksanakan dengan jadwal sebagai berikut:
Prosedur Peningkatan belajar memakai PTK bisa diselesaikan dalam dua siklus. Pola kegiatan dibagi menjadi beberapa tahapan-tahapan yang menyertainya: (1) penyusunan, (2) pelaksanaan, (3) persepsi, dan (4) refleksi. Sebelum dilaksanakan tindakan perbaikan pembelajaran, peneliti melaksanakan pengamatan pendahuluan (prasiklus). Pengamatan dilakukan pada pembelajaran IPA dengan kompetensi dasar pemahaman pada materi benda tunggal dan campuran dengan memakai cara metode pembelajaran Card sort. Pengamatan dilakukan terhadap keinginan dan hasil belajar siswa (LKPD setiap siklus
Prosedur perbaikan mencakup beberapa jenis PTK terbagi menjadi 2 siklus. Masing siklus meliputi :
Berdasarkan hasil diskusi dengan sahabat sejawat dan dalam temuan studi pendahuluan, penulis merancang beberapa tahapan yang dilaksanakan pada kelas dalam pembelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA) menggunakan cara card sort yakni:
Menjalankan proses belajar mengajar menggunakan rencana. kegiatan demi kegiatan sudah benar-benar diamati, direncanakan, dan dikumpulkan semua data-data, baik itu data yang menunjang proses pembelajaran maupun data akhir proses pembelajaran.
Mengamati ialah kegiatan mengumpulkan data kebenaran dengan tujuan untuk mempelajari suatu system. Pada tahapan pelaksanaan tindakan pada dasarnya bersamaan dengan tahapan mengamati (observasi).
Pada tahapan refleksi hasil pengamatan (observasi) dilakukan bersama sahabat sejawat yang pada akhirnya didiskusikan kembali. Pada saat proses pembelajaran biasanya muncul masalah selama tahap pelaksanaan tindakan yang dianalisis dan diidentifikasi. Pada akhirnya hasil kegitan proses pembelajaran yang telah dianalisis dan diidentifikasi masalahnya ditentukan dan dicari solusi jalan keluar untuk memperbaiki pada saat siklus berikutnya berlangsung.
Observasin ialah kegitan dikerjakan dari hal terencana dan tercatat dengan tujuan untuk mengetahui sebatas mana tujuan tersebut tercapai. Herdiansyah (2010) menyatakan pemerolehan data diambil langsung dari lapangan pengertian dari observasi.
Observasi dikerjakan dengan mengamati ke lapangan langsung proses belajar mengajar Ilmu Pengetahuan Alam, dari awal kegiatan sampai dengan selesai kegiatan penelitian, baik tentang metode ataupun materi pembelajaran IPA di SD Negeri 35 Lubuklinggau.
Tes yang dipakai ialah tes yang berbentuk tes formatif yang bentuknya tertulis yang terkait dengan materi ajar. Teknik tes yang dipergunakan untuk melihat seberapa pahamnya peserta didik pada materi pembelajaran yang telah berlangsung. Murid yang dikatakan sudah mencapai tingkatan pemahaman dan penguasaan pembelajaran yakni ketika pserta didik telah mendapatkan minimal 85% dari penargetan pengumpulan data, yang gunanya untuk pengukuran pemahaman dan kemampuan yang sudah ditetapkan.
Oleh cara ini dimanfaatkan untuk mendapat data, proses pembelajaran, struktur SD Negeri 35 Lubuklinggau dan foto-foto pada saat kegiatan pembelajaaran IPA berlangsung.
Kegiatan pengamatan secara langsung mencakup pengamatan aktivitas kegiatan murid dan pendidik saat mengendalikan kelas. Dalam kegiatan pengamatan ini upaya pendidik pada kelas V yakni saat proses pembelajaran harus sejalan pada peningkatan kualitas akhir proses belajar mengajar melalui cara penggunaan metode card sort guna menyimpulkan proses kegiatan pembelajaran pada siklus yang telah berlangsung untuk direfleksikan kembali kesiklus berikutnya.
Dalam menganalisis data hasil tes atau uji kemampuan, teknik yang dipakai ialah sebagai berikut:
Nilai Individu: Y = BS X 100%
Keterangan:
Y = Nilai/skor akhir yang diperoleh siswa
B = Skor yang diperoleh siswa
S = Skor maksimal (Depdikbud, 2004, h.14)
Sedangkan analisis data yang akan peneliti gunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam mepelajarai IPA dengan metode card sort, peneliti menggunakan analisis deskriptif kualitatif, artinya peneliti akan menguraikan data secara deskripsi berdasarkan data yang peneliti peroleh selama melakukan penelitian tindakan kelas. Analisis dari hasil pengumpulan data ini akan sangat mendukung sekali dalam mengetahui ketuntasan belajar siswa kelas V SD Negeri 35 Lubuklinggau.
Selanjutnya untuk melihat hasil belajar siswa secara klasikal dalam pembelajaran IPA melalui metode card sort, peneliti mempresentasekan jumlah siswa/murid yang mendapat nilai 70 atau lebih dari KKM yakni dengan penggunaan rumus berikut ini :
X = TM X 100%
Keterangan:
X = Persentase hasil secara klasikal
T = Jumlah siswa yang tuntas belajar
M = Jumlah seluruh siswa dikelas (Sudjana, 2006, h.82)
Jika hasil penelitian ini sama dengan kriteria pengujian hipotesis atau kriteria yang ditetapkan, maka metode card sort dinyatakan mampu meningkatkan kemampuan pembelajaran IPA kelas V.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini memuat tentang data dan pengolahan data yang sebelumnya didapat melalui pengamatan (observasi) terhadap kegiatan prose belajar mengajar IPA di Kelas V SD Negeri 35 Lubuklinggau, antara lain :
Pelaksanaan penelitian dilakukan di kelas V SD Negeri 35 Lubuklinggau yang berjumlah 20 orang siswa. Guna mengadakan siklus perbaikan, maka pra tindakan dilakukan pada tanggal 26 April 2021 sebagai langkah awal untuk mengetahui pemahaman siswa. Pada tanggal 26 April 2021 di kelas V SD Negeri 35 Lubuklinggau, peneliti mengadakan pelaksanaan prasiklus dengan tujuan untuk mengetahui pemahaman siswa dalam materi zat tunggal dan campuran, setelah diketahui hasil belajar siswa/murid, maka akan dilakukan tahap perbaikan dengan metode permainan kartu (card sort) untuk mengetahui hasil belajar siswa tersebut, peneliti menggunakan tes tertulis dengan aspek yang dinilai dapat menggunakan materi dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan komponen penyusunnya (zat tunggal dan campuran). Dengan skor 20 disetiap jawaban yang benar. Untuk lebih jelasnya mengenai hasil prasiklus adalah antara lain dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Grafik 4.1 Hasil Ketuntasan Prasiklus
Berdasarkan gambar diatas, diketahui bahwa pada tes akhir pra siklus, murid yang tuntas terdapat 7 orang siswa (35%) sedangkan murid yang belum tuntas terdapat 13 orang siswa (65%). Maka dapat disimpulkan siswa belum mampu memahami materi tentang zat tunggal dan campuran sehingga diperlukannya perbaikan pembelajaran supaya hasil belajar siswa lebih baik.
Berdasarkan hasil tes awal, yaitu pelaksanaan siklus I yang dilaksanakan pada tanggal 28 April 2021 yang diikuti oleh 20 orang siswa, maka permasalahan yang dihadapi siswa adalah siswa kurang mampu mengelompokkan materi dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan komponen penyusunnya (zat tunggal dan campuran). rentang nilai siswa kelas V SD Negeri 35 Lubuklinggau dalam pemahaman terhadap pembelajaran IPA pada siklus I rentang nilai 90-100 sebanyak 10 orang (50%), rentang nilai 80-89 sebanyak 4 orang (20%), rentang nilai 70-79 sebanyak 2 orang (10%), rentang nilai < 69 terdapat 4 orang (20%), dengan nilai rata-rata 79,5. Dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Grafik 4. 2 Hasil Penilaian Siklus 1
Berdasarkan gambar diatas, diketahui pada tes akhir siklus I, siswa yang tuntas mendapatkan nilai 70-100 adalah 16 orang siswa (80%) sedangkan siswa yang belum tuntas mendapatkan nilai 60 adalah 4 orang siswa (20%). Pada siklus I ini adanya perubahan dan kenaikan pada hasil belajar siswa. Peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa menjadi lebih baik dari sebelumnya, tetapi perlu perbaikan kembali hasil belajar siswa. Maka peneliti memandang perlu melakukan tindakan siklus II.
Berdasarkan hasil tes awal, yaitu pelaksanaan siklus I yang dilaksanakan pada tanggal 05 Mei 2021 yang diikuti oleh 20 orang siswa, maka permasalahan yang dihadapi siswa adalah siswa kurang mampu mengelompokkan materi dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan komponen penyusunnya (zat tunggal dan campuran). Rentang nilai siswa kelas V SD Negeri 35 Lubuklinggau dalam pemahaman terhadap pembelajaran IPA pada siklus II rentang nilai 90-100 sebanyak 12 orang (60%), rentang nilai 80-89 sebanyak 4 orang (20%), rentang nilai 70-79 sebanyak 4 orang (20%), dan tidak ada siswa yang mendapatkan nilai 60. Hasil siklus II, dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Grafik 4.3 Hasil Penilaian Siklus II
Berdasarkan gambar diatas dapat ditarik kesimpulan terjadi perkembangan hasil belajar murid pembelajaran siklus I dan siklus II. Pada pembelajaran siklus II hasil pembelajar yang dicapai murid sudah memuaskan dan sesuai dengan harapan peneliti. Dari 20 murid telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Oleh karena itu, perbaikan pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam tentang materi zat tunggal dan campuran berakhir pada siklus II.
Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa baik hasil belajar maupun aktivitas peserta didik mengalami peningkatan yang signifikan tiap siklusnya. Hasil belajar peserta didik diukur melalui tes evaluasi yang dilakukan pada tiap akhir siklus. Indikator keberhasilan tindakan kelas tersebut adalah apabila standar ketuntasan hasil belajar peserta didik secara klasikal mencapai 85% dan secara individual nilai yang diperoleh peserta didik mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70.
Dari pembelajaran awal atau prasiklus didapat hasil belajar dalam pembelajaran IPA sangat rendah, hal ini terbukti dari hasil tes akhir pada prasiklus yang dibuktikan dengan nilai siswa banyak yang tidak mencapai ketuntasan hanya beberapa orang siswa yang nilainya mencapai ketuntasan. Sebelum penggunaan metode pembelajaran permainan kartu (card sort) pada tahap prasiklus, menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar dan ketuntasan belajar masih sangat rendah. Pada tahap prasiklus materi pembelajaran IPA adalah tentang zat tunggal dan campuran. Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa pada prasiklus hanya mencapai 64,5. Yaitu 35% tuntas atau 7 siswa dan 75% atau 13 siswa belum tuntas . Hal ini menunjukkan bahwa permasalahan pada pembelajaran IPA perlu diberikan solusi melalui penggunaan metode card sort khsusnya materi zat tunggal dan campuran. Hasil belajar dan ketuntasan belajar masih butuh peningkatan pada materi pembelajaran IPA materi zat tunggal dan campuran kelas V SD Negeri 35 Lubuklinggau perlu ditingkatkan melalui penggunaan metode yang tepat. Maka dari itu dilakukan perbaikan pembelajaran pada siklus I.
Pada siklus I pembelajaran dikhususkan pada penggunaan cara permainan kartu (card sort), metode ini baru pertama kali diimplementasikan di kelas V SD Negeri 35 Lubuklinggau, karena selama ini guru hanya mengajar dengan menggunakan metode ceramah dan hanya menggunakan buku cetak siswa. Penggunaan metode pada siklus I masih mengalami beberapa kendala, diantaranya siswa masih belum mampu memilih materi dalam kehidupan sehari-hari. Namun, hasil penggunaan metode permainan kartu (card sort) pada siklus I menemukan bahwa rata-rata hasil belajar, ketuntasan belajar mengalami peningkatan yang signifikan jika dibandingkan dengan tahap prasiklus. Berdasarkan data yang diperoleh menemukan bahwa rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari 64,5 pada prasiklus menjadi 79.5 pada siklus I. Berdasarkan data perolehan ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari 7 siswa (35%) pada prasiklus menjadi 16 siswa (80%) pada siklus I. Dari prasiklus sampai dengan siklus I mengalami peningkatan hasil belajar dalam pembelajaran. Ini menunjukkan bahwa metode permainan kartu (card sort) tepat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi zat tunggal dan campuran kelas V SD Negeri 35 Lubuklinggau. Pada sisklus I, penulis masih merasa kurang memuaskan dikarenakan masih ada murid yang mendapat nilai di bawah KKM yaitu dari 20 murid yang belum tuntas ada 4 siswa atau 35% di bawah KKM. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya:
Oleh karena itu peneliti melakukan perbaikan pembelajaran pada siklus II.
Setelah perbaikan dari siklus sebelumnya, penggunaan metode permaian kartu (card sort) untuk memperbaiki hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam tentang materi zat tunggal dan campuran kelas V SD Negeri 35 Lubuklinggau pada siklus II, menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa mengalami kemajuan jika dibandingkan dengan prasiklus dan siklus I.
Berdasarkan data yang diperoleh setiap siklusnya menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa mengalami kenaikan dari 64,5 pada pra siklus menjadi 79,5 pada siklus I dan menjadi 85.75 pada siklus II. Berdasarkan data yang didapat ketuntasan belajar siswa pada tiap siklusnya mengalami peningkatan dari 7 siswa (35%) pada prasiklus menjadi 16 siswa (80%) pada siklus I dan menjadi 20 siswa (100%) pada siklus II mengalami peningkatan hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa. Ini menunjukkan bahwa metode permainan kartu (card sort) tepat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi zat tunggal dan campuran kelas V SD Negeri 35 Lubuklinggau. Peningkatan persentase setiap siklusnya tergambar pada gambar berikut ini:
Grafik 4.4 Persentase Hasil Belajar dan Ketuntasan Belajar Pada Tahap Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
Dari hasil pembelajaran perbaikan sikus II hasil belajar siswa sangat memuaskan karena semua siswa mendapat nilai di atas KKM, sehingga perbaikan cukup sampai pada siklus II.
V. KESIMPULAN SARAN DAN TINDAK LANJUT
Terdapat peningkatan nilai rata-rata pada setiap kegiatan penelitian yang dilakukan, yakni pada kegiatan prasiklus nilai rata-rata siswa sebesar 64,5, sedangkan kegiatan siklus 1 sebesar 79,5, dan kegiatan siklus II sebesar 85,75. Maka dapat disimpulkan penggunaan metode card sort dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 35 Lubuklinggau dalam pembelajaran IPA. Pemahaman terhadap materi mengelompokkan materi dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan komponen penyusunnya (zat tunggal dan campuran) dengan menggunakan metode card sort dalam pembelajaran tergolong baik, karena nilai rata-rata siswa pada kegiatan siklus 1 sebesar 79,5, dan kegiatan siklus II sebesar 85,75 maka dinyatakan setelah dilaksanakan dua kali siklus perbaikan hasil belajar siswa semakin meningkat.
Besarnya nilai rata-rata siswa pada kegiatan siklus 1 sebesar 79,5, dan kegiatan siklus II sebesar 85,75, diketahui terdapat peningkatan masing-masing siklus dalam pembelajaran IPA siswa kelas V SD Negeri 35 Lubuklinggau melalui metode card sort terlihat dari hasil prasiklus yaitu dari 20 orang siswa terdapat 7 orang (35%) siswa telah mencapai ketuntasan belajar dan 13 orang (75%) siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Setelah menggunakan metode card sort pada siklus I bahwa sebanyak 16 orang (80%) siswa telah mencapai ketuntasan belajar dan 4 orang (20%) siswa belum mencapai ketuntasan belajar.
Pada akhir penelitian ini, peneliti memberikan saran:
DAFTAR PUSTAKA
A.M. Sardiman. (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT Rajagrafindo : Jakarta.
Depdikbud. (2004). Konsep Dasar Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Balai Pustaka.
Herdiansyah, Haris. (2010). Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.
Istarani. (2011). Metodel pembelajaran Inovatif (Referensi Guru Dalam Menentukan Metodel pembelajaran). Medan : Media Persada.
Mulyasa, E. (2008). Menjadi Guru Profesional, Menciptakan Pembelajaran Kreatif Dan Menyenangkan. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Made, Wena. (2010). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara.
Ni Luh Endrawati. (2014). Penerapan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Tilil Bandung Pada subtema Keberagaman Budaya Bangsaku.Skripsi FKIP PGSD UNPAS. Bandung. Tidak Diterbitkan.
Rusman, (2012). Model-Model Pembelajaran. Bandung : Seri manajemen Sekolah bermutu.
Sudjana. (2006). Dasar-Dasar Penelitian Hasil Belajar. Jakarta: Usaha Nasional.
Slamet. (2010). Belajar & faktor – faktor yang mempengaruhi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Sudjana (2010). Dasar-dasar Proses Belajar, Sinar Baru Bandung.
Wardani. (2002). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas Terbuka.
Komentar (0)