Detail Berita

Beranda / Berita / Detail Berita

KARYA ILMIAH BY SARI DEVI WULANDARI,S.Pd

Jumat, 29 September 2023 10:11 WIB 0 Komentar 167

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE CARD SORT  PADA MATERI BENDA TUNGGAL DAN CAMPURAN DI KELAS V SD NEGERI 35 LUBUKLINGGAU

 

Nama : Sari Devi Wulandari

Nim : 856740057

sarideviwulandari123@gmail.com

 

Abstrak. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya hasil belajar Siswa melalui Metode Card Sort pada Materi Benda Tunggal Dan Campuran Di Kelas V SD Negeri 35 Lubuklinggau. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 35 Lubuklinggau yang berjumlah 20 orang, terdiri dari 9 Laki-laki dan 11 Perempuan. Berdasarkan hasil penelitian hasil belajar siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam mengalami peningkatan hal ini terlihat dari hasil belajar siswa setelah menggunakan metode card sort pada materi benda tunggal dan campuran. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus pada prasiklus yaitu dari 20 siswa terdapat 7 siswa (35%) telah mencapai ketuntasan belajar dan 13 siswa (65%) belum mencapai ketuntasan belajar dengan rata-rata 64,5. Setelah menggunakan metode card sord pada siklus I bahwa sebanyak 16 siswa (80%) telah mencapai ketuntasan belajar dan 4 siswa (35%) belum mencapai ketuntasan belajar dengan rata-rata 79,5. Setelah dilakukan tindakan siklus II diketahui 20 siswa (100%) telah mencapai ketuntasan belajar dengan rata-rata 85,75. Maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode card sort dapat meningkatkan hasil belajar siswa SD Negeri 35 Lubuklinggau pada mata pelajaran IPA materi benda tunggal dan campuran.

Kata kunci : Hasil Belajar, Materi IPA, Metode Card Sord

  1. PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang

 Ilmu yang mempelajari tentang alam disebut juga IPA erat kaitannya dengan menganalisis dan secara sistematis mempelajari ilmu-ilmu hayat. Ilmu alam atau ilmu pengetahuan alam (IPA) perkembangannya sangatlah pesat itu yang menjadikan pendidik dapat melaksanakan dan merencanakan suatu pendidikan kompeten dan terarah dalam hal penguasaan materi IPA, supaya dapat diterapkan dalam kehidupan nyata maupun kehidupan bermasyarakat. Ilmu sains dikenal juga dengan ilmu pengetahuan alam (IPA). Oleh sebab itu IPA bukan hanya menekankan penguasaan tentang sekumpulan pembelajaran yang berisikan konsep, fakta-fakta, dan prinsip, tetapi melainkan suatu proses penemuan/temuan.  Sehingga tecapai keberhasilan siswa dalam belajar

  1. Identifikasi Masalah

Untuk melihat tercapainya tujuan pembelajaran yang diinginkan setidaknya perlu adanya evaluasi pembelajaran terhadap siswa. dari data yang diperoleh peneliti melalui ulangan harian mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam siswa Kelas V  SD Negeri 35 Lubuklinggau dari 20 siswa, yang  mencapai ketuntasan belajar hanya 7 siswa atau 35% yang memperoleh nilai di atas 65 dan 13 siswa atau 65% yang memperoleh nilai dibawah 65, artinya hasil evaluasi tersebut menunjukan bahwa masih banyak siswa yang belum mampu mencapai KKM dengan maksimal 70.

faktor yang menyebabkan rendah hasil belajar peserta didik  misalnya belajar terlalu abstrak bagi siswa, cara mengajar guru  cenderung membosankan, sarana prasarana yang tidak memadai dan sebagainya. Namun salah satu faktor penyebabnya adalah anggapan guru bahwa guru cukup menjelaskan secara verbal tanpa menerapkan strategi pembelajaran yang bisa memperkuat pemahaman siswa terhadap materi belajar. Padahal sebenarnya penerapan variasi model pembelajaran bisa menyenangkan bagi siswa, memperkuat pemahaman dan menarik perhatian siswa terhadap materi belajar.

  1. Analisis Masalah

Uraian di atas menjelaskan, proses belajar mengajar yang dilaksanakan guru belum maksimal. terdapat berapa kekurangan yang membuat rendahnya penguasaan siswa Kelas V SD Negeri 35 Lubuklinggau semester II tahun pelajaran 2021 terhadap Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam antara lain pendidik hanya berpedoman dengan buku paket dan menggunakan mode ceramah yang menyebabkan kurangnya motivasi belajar  siswa.

Berdasarkan permasalahan diatas  perlu diadakan upaya perbaikan pembelajaran. Upaya perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan dalam dua siklus. Menurut (Wardani) dalam suatu rencana perbaikan pembelajaran terdapat beberapa tahapan yang meliputi : tahap merencanakan, tahap pengambilan langkah, mengamati, serta refleksi. Upaya yang dilakukan pendidik di sekolah yakni menggunakan strategi untuk mencapai hasil belajar siswa yang lebih menarik dan terpusat. Bagaimanapun, tidak dapat dipungkiri bahwa kemajuan dan keterbelakangan dalam sifat persekolahan selalu dikembalikan kepada masing-masing pengajar (pendidik), meskipun demikian secara berlebihan, dengan alasan bahwa pencapaian suatu pengajaran dan pembelajaran Ukuran ditentukan oleh banyak komponen, seperti siswa, model, perangkat, dan kantor pameran, serta situasinya. belajar.

Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti memiliki ketertarikan  untuk melaksanakan Penelitian Perbaikan Pembelajaran dengan Tema ”Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Card Sort pada Materi Benda Tunggal dan Campuran di Kelas V SD Negeri 35 Lubuklinggau” yang diharapkan agar dapat membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.

B.   Rumusan Masalah

 Dari  latar belakang masalah yang peneliti kemukakan permasalahan pada penelitian ini adalah: “Bagaimana Memperbaiki Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Card Sort pada Materi Benda Tunggal dan Campuran di Kelas V SD Negeri 35 Lubuklinggau”?

C.   Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk Memberpaiki Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Card Sort pada Materi Benda Tunggal dan Campuran di Kelas V SD Negeri 35 Lubuklinggau.

D.   Manfaat Hasil Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

  1. Bagi siswa, memberi motivasi dan membangkitkan minat dalam meningkatkan kemampuan, khusunya kemampuan dalam pembelajaran IPA.
  2. Bagi peneliti, yakni memperbanyak ilmu pengetahuan tentang penerapan metode yang kreatif dalam KBM lainnya.
  3. Bagi tenaga pendidik agar dapat memberikan gambaran elektif memilih model yang benar dalam pembelajaran.

 

  1. KAJIAN PUSTAKA
  1. Belajar dan Hasil Belajar
  1. Pengertian Belajar

 Sudjana dalam Rusman (2012) kegiatan yang dijalankan oleh pendidik dan peserta didik meliputi mengamati, mamahami, melihat, dan menilai merupakan pengertian proses belajar. Belajar dimulai dari kelahiran manusia sampai akhir hayat. Belajar merupakan interaksi yang dilalui oleh perkembangan yang terjadi pada diri manusia itu sendiri. Proses belajar merupakan suatu tindakan yang dijalankan orang dengan sengaja agar memperoleh berbagai ingatan atau jejak dari apa yang sudah dikonsentrasikan sebelumnya dan akibat dari kerjasama dengan daerah setempat dan iklim secara umum.

Sedangkan Slameto (2010) mengemukakan, belajar ialah segala kegiatan yang dilakukan untuk mencapai perubahan pada diri baik perubahan sikap maupun juga tingkah laku secara menyeluruh, dari suatu pengalaman dari interaksi dengan lingkungan sekitar. Lain halnya dengan pendapat Sardiman (2011) menyatakan kegiatan seperti mendengar, mengamati, meniru,  membaca, dan sebagainya, dengan maksud untuk perubahan tingkah laku kearah lebih baik yakni pengertian dari belajar. Proses belajar akan sangat baik jika objek utama yakni peserta didik itu memang benar melakukan dan mengalami, sehingga tidak bersifat verbalistik/hanya lewat saja.

Dari beberapa kesimpulan para ahli diatas, dapat ditarik simpulan belajar ialah kegiatan yang dilakukan dengan maksud untuk merubah tingkah laku peserta didik secara keseluruhan dengan memperhatikan, menyetel, meniru, dan membaca dengan teliti latihan-latihan yang dilakukan oleh orang-orang tersebut. Belajar juga dimula dari manusia lahir sampai akhir hayat, dalam artian belajar tidak mengenal umur, baik tua maupun muda.

  1. Pengertian Hasil Belajar

Suatu proses akhir peserta didik dalam melewati dan melakukan suatu proses belajar mengajar merupakan pengertian dari hasil belajar. Menurut Mulyasa (2008) mengatakan, prestasi belajar pada peserta didik di sangkutkan dengan indicator kompetensi dan perubahan sifat ialah pengertian dari hasil belajar. Yang menjadi penilaian akhir peserta didik yakni dengan peserta didik mampu menguasai kompetensi dengan wujud hasil akhir belajar yang mengarah pada pengalaman di lapangan/langsung.

Sudjana (2010) menerangkan hasil belajar ialah kemampuan murid dalam penerimaan transper pengetahuan yang telah dilewatinya. Hasil belajar mencangkup tentang pengalaman langung yang berupa sikap dan akademik dari kemampuan maupun kompetensi peserta didik. Sedangkan menurut Slameto (2010) dalam Nih Endrawati (2014)  hasil belajar mencakup tentang perubahan sifat maupun tingkah laku yang meliputi : (1) nyata, (2) sifatnya fungsional dan kontinu, (3) tidak bersifat sementara, dan (4) terarah dari segi tujuan pembelajarnya.

Kesimpulan, hasil belajar merupakan hasil akhir dari penemuan yang dilewatkan murid. Hasil belajar menyangkut tentang aspek yang dinilai adalah kognitif/pisikologis, afektif/sikap, dan pisikomotorik. Hasil belajar juga ialah perbuatan yang dilakukan secara sadar dan sifatnya bukan hanya sekadar sementara. Adapun tujuan dari hasil belajar untuk mengukur seberapa pahamnya siswa dalam suatu proses pembelajaran yang telah terjadi sebelumnya.

  1. Aspek-Aspek Hasil Belajar

Aspek hasil belajar antara lain :

  1. Kognitif

 Kognitif/psikologis adalah sudut pandang yang diidentikkan dengan hasil belajar terakhir yang diidentifikasikan dengan ilmiah yang terdiri dari bagian informasi atau memori, mendapatkan aplikasi, pemeriksaan, penggabungan dan penilaian. Dua bagian informasi atau memori dan bagian pemahaman juga disebut sudut pandang intelektual tingkat rendah yang hanya menyangkut pemahaman dan informasi, sedangkan bagian mendapatkan aplikasi, penyelidikan, kombinasi dan penilaian juga disebut perspektif psikologis tingkat signifikan karena khawatir menggali. pemeriksaan.

  1. Afektif

Aspek afektif menyangkut tentang sikap dan nilai antara lain: (1) Receiving/attending, merupakan jenis sensibilitas dalam penerimaan stimulus  yang datangnya dari asing berbentuk suatu masalah, gejala, situasi dan lain sebagainya. (2) Reacting atau jawaban adalah respon yang muncul dari seseorang dalam mendapatkan upgrade yang datang dari luar. (3) Evaluasi sehubungan dengan keyakinan dan sisi positif dari suatu masalah atau manifestasi. (4) Organisasi, yaitu peningkatan sikap dan nilai ke dalam kerangka kerja otoritatif, termasuk mengidentifikasi tambahan dengan keterhubungan nilai yang satu dengan yang lainnya , kebutuhan, serta penguatan sikap baru. (5) Internalisasi sikap dan krakteristik, yaitu khususnya kombinasi berbagai kerangka penilaian pada masa ini dari seorang individu, terpengaruh dari teladan perilaku dan karakter seseorang.

  1. Pisikomotorik

Psikomotorik menyangkut ruang yang diidentifikasikan dengan hasil belajar terakhir sebagai kemampuan atau kapasitas individu untuk bertindak. Perspektif psikomotor terdiri dari enam sudut pandang, yaitu (1) Perkembangan (refleks) atau dapat juga diartikan sebagai perkembangan yang tidak disadari. (2) Kemampuan tentang perkembangan dasar tubuh manusia. (3) kemampuan persepsi menyiratkan kemampuan untuk mengenali pendengaran, visual dan motorik. (4) Kapasitas di lapangan yang sebenarnya misalnya kekuatan, ketepatan dan konkordansi. (5) Pengembangan kemampuan, misalnya kemampuan yang paling sederhana hingga kemampuan yang kompleks. (6) Gerakan interpretative dan gerakan ekspresif.

  1. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Faktor yang mempengaruhi hasil belajar pada siswa adalah faktor yang berasal dari dalam (internal) dan faktor yang berasal dari luar (outer/eksternal).

  1. Internal  yang berasal dari dalam siswa/murid, menyangkut tentang pisikologis yang berhubungan erat dengan keadaan jiwa peserta didik tersebut yang terdiri intelegensi, perhatian atau minat, bakat atau aptitude, motivasi, dan kematangan peserta didik tersebut. (1) Intelegensi yaitu kecerdasan atau suatu kemampuan pisikologis maupun fisik dalam hal merangsang dan merekasi dengan lingkungan, dengan cara yang menurut perserta didik tepat. Dengan simpulan diatas maka kecerdasan bukan menyangkut usuran otak, tetapi menyangkut tentang fungsi tubuh yang lain. Intelek/kecerdasan adalah suatu aspek pisikologis menyangkut tentang proses pembelajaran siswa, dikarena merupakan syarat dalam hal menentukan suatu kualitas belajar peserta didik. (2) Perhatian atau minat adalah salah satu kecendrungan yang amat tinggi terhadap sesuatu hal yang menurutnya itu paling baik. Dapat memfokuskan atau memperhatikan dengan memberikan rangsangan baru, beragam, dan sangat tepat sasaran. Sehingga bila peserta didik mempunyai perhatian dan minat terhadapt suatu proses pembelajaran yang akan diterimanya, maka peserta didik dapat memberikan hasil yang sangat positif untuk hasil akhir dan prestasi akademik peserta didik. (3) Bakat atau aptitude merupakan kemampuan yang ada pada seorang peserta didik dalam mencapai keberhasilah pada masa mendatang atau masa selanjutnya. Setiap peserta didik mempunyai potensi atau bakat untuk pencapaian prestasi belajar sesuai dengan bakat masing-masing peserta didik. Bakat disamakan dengan kemampuan dasar dari peserta didik dalam menyelesaikan tugas-tugas tertentu tanpa adanya latihan dan pendidikan. Peserta didik yang memiliki bakat tertentu akan dapat menyerap suatu informasi dengan lebih mudah. (4) Motivasi merupakan suatu rangsangan atau dorongan yang dapat membuat seorang peserta didik dalam berbuat sesuatu hal. Motivasi selalu didasari dari setiap usaha atau suatu kegiatan dalam mencapai tujuan yang diinginkan. (5) Kematangan adalah tingkatan dalam perkembangan peserta didik yang menyangkut tentang anggota tubuh yang telah siap untuk medapatkan dan melaksanakan kecakapan baru. Misalnya, siswa dipersiapkan untuk menulis dengan tangannya, bersiap untuk berjalan dengan kakinya, bersiap dengan otaknya, siswa disiapkan untuk berpikir kritis dan abstrak, dan seterusnya. Sehingga peserta didik yang sudah siap (matang) akan lebih cepat berhasil ketimbang anak yang belum siap (belum matang) dalam menerima pembelajaran. Kemajuan peserta didik tergantung dari kematangan untuk menerima pembelajaran.
  2. Eksternal atau dari luar, sangat berpengaruh pada hasil belajar siswa. Elemen luar memasukkan faktor keluarga, variabel sekolah, dan komponen ekologi daerah setempat.
  1. Faktor Keluarga antara lain : (1) Petunjuk langkah demi langkah untuk mengajar, mengajar wali sangat kuat dalam pembelajaran anak-anak mereka. Ketika wali mencoba untuk mengabaikan sekolah anak-anak mereka, itu akan mempengaruhi perkembangan dan perkembangan anak mereka nantinya. Misalnya ketika orang tua acuh terhadap belajar anaknya padahal sebetulnya anaknya pandai tetapi karena orang tuanya acuh akibatnya anak belajar menjadi tidak tekun akhirnya terjadi lah masalah-masalah atau kesukaran dalam memahami pelajaran, sehingga prestasi anaknya menjadi tidak memuaskan dan bisa jadi anak menjadi gagal dalam studi dan pendidikannya. Maka dari itu cara mendidik anak sangat berpengaruh tehadap tumbuh kembang dan keberhasilan anak. (2) Dari pemahaman orang tua, anak yang mengalami lemah semangat biasanya dipengaruhi oleh factor keluarga sebab itu, setiap orang tua berkewajiban untuk mendorong dan memberi pengertian, sehingga dapat memberikan dorongan atau bantuan ketika anak menemui kesulitan. Di sekolah, jika orang tua harus menghubungi guru untuk mengetahui kemajuan anak. (3) Relasi, yakni hubungan antara semua kerabat sangat penting dalam mempengaruhi prestasi seorang anak. Hubungan yang baik akan mempengaruhi tumbuh kembang dan kemajuan anak.
  2. Faktor Sekolah antara lain : (1) Faktor kurikulum, yakni suatu alat pencapaian tujuan pembelajaran dari pendidikan. Bisa dikatakan kurikulum adalah patokan dalam pembelajaran. Tanpa ada peran dari kurikulum suatu proses belajar mengajar tidak dapat bejalan, karena di dalam materi pembelajaran, disampaikan oleh pendidik yang menyangkut materi yang sudah  ditentukan dalam kurikulum pendidikan. Intensitas ferkuensi peserta didik dipengaruhi dari muatan yang ada pada kurikulum. (2) Faktor metode mengajar merupakan suatu teknik yang harus dijalankan dalam proses KBM. Pemilihan tehknik mengajar yang terkesan terkadang kurang tepat, sehingga menghambat tingkatan pengetahuan dan pemahaman peserta didik. Tenaga pendidik butuh dalam hal penggunaan metode pembelajaran dalam hal penyampaian materi pokok. Dengan berbagai macam desain, penyampaian proses belajar akan menjadi lebih aktif. Contohnya awal pembelajaran tenaga pendidik memberikan materi menggunakan tekhnik ceramah, setelah itu menggunakan beberapa metode/desain lalu ditutup menggunakan tanya jawab, sehingga tidak hanya pendidik saja yang aktif untuk berbicara, melainkan peserta didik pun terdorong untuk berpartisipasi aktif dalam kelas. (3) Faktor pendidik, pendidik berperan penting akan suatu keberhasilan proses KBM yang dipengaruhi hasil akhir belajar siswa dan kinerja yang didapat peserta didik. Pendidik  menjadi ujung tombak dalam mengatur semua aktifitas yang dilakukan dalam proses belajar mengajar berlangsung. Untuk situasi ini kecukupan administrasi materi, faktor ekologi dan penentuan alat sebagai aspek fundamental yang dipengaruhi oleh interaksi dan hasil belajar. Prose belajar mengajar bukan hanya terjadi dalam satu arah saja tetapi juga harus terjadinya timbal balik. Kedua pihak pendidik ataupun peserta didik harus bersama-sam berpartisipasi aktif membangun suatu proses belajar mengajar.
  3. Faktor Lingkungan Masyarakat antara lain : (1) Kegiatan yang dilakukan siswa dalam kehidupan bermasyarakat dapat menambah pengetahuan dan pemahaman terhadap perkembangan dan perubahan perilaku dalam hal kepribadinya. (2) Faktor media massa, komunikasi luas mempengaruhi siswa, dan selanjutnya mempengaruhi pembelajaran mereka. Lagi pula, komunikasi luas yang buruk juga berdampak buruk pada siswa ketika tidak adanya pengaruh dan arahan dari orang tua. (3) Faktor pertemanan, pengaruh pertemanan dalam diri peserta didik lebih cepat berpengaruh dalam kejiwaan pada anak dari perkiraan. Pergaulan yang baik akan berdampak baik bagi siswa, begitu pula sebaliknya, pergaulan yang buruk tentu dapat memberikan pengaruh negatif juga. (4) Faktor kehidupan masyarakat daerah setempat iklim daerah sangat mempengaruhi desain pembelajaran juga karakter peserta didik. Peserta didik yang lahir di dalam lingkungan keluarga yang kepribadian dan pola belajarnya baik.
  1. METODE PEMBELAJARAN CARD SORT
  1. Pengertian Metode Pembelajaran Card sort

Menurut Made Wena, (2010) metode card sort ialah konsep yang kegiatannya menggunakan suatu alat bantu mengajar menggunakan kartu soal yang telah dibagi menjadi dua  yaitu kartu induk dan kartu soal, yang telah digolongkan terlebih dahulu. Konsep ini dapat merangsang siswa agar lebih aktif dan kelas tidak menjadi membosankan. Tugas siswa yakni dalam suatu KBM ialah menggunakan konsep pengurutan kartu dari kartu induk dan kartu soal dan mengambil bagian yang lebih dinamis, khususnya dengan menitik beratkan pada perkembangan aktual dengan memilih atau menyusun kartu. Sedangkan Istiarani (2011) menyatakan metode pembelajaran permainan kartu soal (card sort) bertujuan supaya peserta didik dapat berpartisifasi secara aktif dan berpikir kiritis saat proses pembelajaran berlangsung dan kelas menjadi inovatif.

Jadi dapat disimpulkan metode Card Sort (permaian kartu soal) merupakan metode belajar aktif yang melibatkan siswa agar menjadi dinamis dengan memanfaatkan pemikiran peserta didik dalam mendapatkan/menemukan ide-ide menangani permasalahan proses belajar mengajar yang telah berlangsung, serta mempersiapkan intelektual dan mempersiapkan kemampuan peserta didik yang sebenarnya.

  1. Langkah-langkah Metode Pembelajaran Card Sort

Langkah-langkah metode card sort yakni : (1) Siswa berikan kartu induk dan kartu ujian yang memuat fakta meliputi kartu induk dan kartu ujian. (2) Siswa diajak berkeliling keseluruh ruangan kelas berkeliling secara aktif agar menemukan pasangan kartu induk dan kartu soal. Sedangkan sebelumnya tenaga pendidik (guru) tugasnya mengumumkan kategori kartu tesebut atau membiarkan peserta didik melakukan aktif untuk menemukan kategori kartu tersebut. (3) Peserta didik (siswa) dengan klasifikasi serupa didekati untuk memperkenalkan klasifikasi dari kartu induk dan kartu soal di depan kelas. (4) Ketika peserta didik mempersentasikan dari setiapkategori kartu, pendidik memberikan poin penting terkait materi pembelajaran.

  1. Kelebihan dan Kekurang Metode Pembelajaran Card Sort

kelebihan dan kelemahan metode pembelajaran permainan kartu soal menurut Berliana dalam Istiarani (2011), yakni :

  1. Kelebihan antara lain : (1) Merubah kegiatan pembelajaran yang biasa dialakukan yakni teacher centered atau guru yang menjadi pusat dalam pembelajaran tetapi menjadi  student /activity atau peserta didik yang diminta untuk aktif. (2) Membangkitkan prilaku bekerja sama dalam tim. (3) Menumbuhkan suasana belajar santai. (4) Peserta didik menjadi terampil menyelesaikan masalah yang ada.
  2. Kekekurangan antara lain : (1) Peserta didik terkadang mengandalkan teman lainnya dalam hal penyelesaian masalah saat belajar mengajar. (2) Terkadang suasana belajar yang berbentuk permainan menjadikan sebagian peserta didik pada saat proses belajar berlangsung memilih untuk bermain. (3) Permainan kartu sering dijadikan alat permaianan oleh sebagian siswa. (4) Banyaknya waktu yang dibutuhkan.
  1. Materi Pembelajaran Benda Tunggal dan Campuran
        1. Pengertian Benda Tunggal 

Benda/zat hanya terdiri dari satu komponen dari satuan benda tunggal merupakan pengertian dari benda tunggal. Zat/benda tunggal disebut juga benda murni yang tidak tercampur oleh zat lainnya. Conto benda yang hanya terdiri dari komponen benda yakni gula murni, garam, baking soda emas, berlian dan tembaga. Benda tunggal terbagi menjadi dua komponen ialah :

      1. Unsur

Zat yang tak dapat dibagi-bagi menjadi zat yang lebih sederhana lagi dalam kimia adalah pengertian dari komponen benda tunggal yakni unsur. Di dalam unsur terdapat dua komponen yakni komponen unsur yang berbentuk logan dan komponen unsur yang berbentuk non logam yang antara lain :  (1) Komponen unsur logam ialah benda yang wujudnya terlihat mengkilap. Wujudnya padat tetapi dapat mencair jika terkena reaksi yang dihasilkan panas. Misalnya, emas yang ditemukan dalam bentuk bijih, namun ketika dipanaskan ia akan leleh sehingga bisa dibentuk sedemikian rupa menjadi perhiasan cantik. (2) Komponen unsur non logam ialah komponen yang wujudnya bisa berbentuk padat, gas, serta cair. Komponen unsur logam tidak seperti komponen unsur logam yang wujudnya mengkilap Contoh komponen non logam adalah karbon, oksigen, Neon, dan hydrogen.

    1. Senyawa

Zat yang tidak hanya terdiri dari satu zat saja tetapi zat yang dapat di uraikan lagi menjadi beberapa zat lainnya. Contoh ialah Air, Garam dapur atau natrium klorida, gula, Karbondioksida, Karbonmonoksida, Amonia, Asam asetat atau cuka, Asam sulfat, Asam klorida, Natrium hidroksida, Kalium hidroksida.

        1. Pengertian Benda Campuran

Benda/zat yang komponennya lebih dari satu, bisa terdiri dari dua atau lebih komponennya adalah pengertian dari zat/benda campuran. Di dalam zat campuran tidak memiliki takaran/komposisi yang sama dan tidak sifatnya tidak dapat tercampur. Oleh sebab itu ketika zat campuran yang telah di padukan sifat dasarnya masih akan terlihat. Zat campuran terdiri atas :

    1. Zat campuran homogeny

Zat yang tediri dari dua zat penyusun dan campran penyusunnya menyatu dan tercampur secara sempurna adalah pengertian dari zat campuran homogeny. Zat campuran homogeny terbagi secara praktis dengan komponen partikel dapat dilihat secara jelas dan tak diketahui lagi serta komponen campuran batas antar zat tak dapat di lihat dengan jelas, meskipun menggunakan kaca pembesar. Misalnya menggabungkan sirup, gula, dan air serta menggabungkan pembuatan oralit yakni garam, gula, dan air yang komposisinya tertakar.

    1. Zat campuran heterogen

Zat yang terdiri atas dua zat yang tidak bisa menyatu dengan baik, zat campuran yang tak bisa bercampur secara sempurna adalah pengertian dari zat campuran heterogen. Arti dari tak dapat tercampur ialah kemungkinan di dalam zat masih ada beberapa endapan yang tersisa. Dalam zat heterogen zat campurannya tidak memiliki rasa, bayangan, persamaan, maupun pemeriksa. Contoh campuran heterogen antara lain : (1) Kopi dan air setelah diaduk kopi akan mengendap dibawah gelas, (2) Air dan pasir, (3) Lumpur lama-lama bisa terurai antara tanah dan air, (4) Semprotan Aerosol seperti pengharum ruangan, deodorant.

III. PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

        1. Subjek Penelitian

Adapun pelaksanaan dilakukan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam pada materi benda tunggal dan campuran di SD Negeri 35 Lubuklinggau tahun pelajaran 2021. Subyek penelitian adalah siswa di Kelas V SD Negeri 35 Lubuklinggau yang berjumlah 20 orang, terdiri atas 9 siswa dan 11 siswi. Penelitian dilaksanakan pada selama bulan April - Mei sesuai jadwal pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di V SD Negeri 35 Lubuklinggau. Pelaksanaan perbaikan pembelajaran meliputi siklus I dan siklus II. Siklus I dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 28 April 2021, sedangkan siklus II dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 05 Mei 2021. Pelaksanaan Tindakan dalam penelitian ini dilaksanakan dengan jadwal sebagai berikut:

        1. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran

Prosedur Peningkatan belajar memakai PTK bisa diselesaikan dalam dua siklus. Pola kegiatan dibagi menjadi beberapa tahapan-tahapan yang menyertainya: (1) penyusunan, (2) pelaksanaan, (3) persepsi, dan (4) refleksi. Sebelum dilaksanakan tindakan perbaikan pembelajaran, peneliti melaksanakan pengamatan pendahuluan (prasiklus). Pengamatan dilakukan pada pembelajaran IPA dengan kompetensi dasar pemahaman pada materi benda tunggal dan campuran dengan memakai cara metode pembelajaran Card sort. Pengamatan dilakukan terhadap keinginan dan hasil belajar siswa (LKPD setiap siklus

      1. Prosedur Perbaikan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Prosedur perbaikan mencakup beberapa jenis PTK terbagi menjadi 2 siklus. Masing siklus meliputi :

          1. Perencanaa/penyusunan

Berdasarkan hasil diskusi dengan sahabat sejawat dan dalam temuan studi pendahuluan, penulis merancang beberapa tahapan yang dilaksanakan pada kelas dalam pembelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA) menggunakan cara card sort yakni:

  1. Penganalisis suatu masalah
  2. Pemecahan suatu masalah
  3. Menentukan KD
  4. Mentukan SK
  5. Menentukan indicator pembelajaran
  6. Menentukan tujuan perbaikan pembelajaran
  7. Menentukan suatu materi.
  8. Menentukan media pembelajaran
  9. Membuat lembar observasi.
      1. Pelaksanaan

Menjalankan proses belajar mengajar menggunakan rencana. kegiatan demi kegiatan sudah benar-benar diamati, direncanakan, dan dikumpulkan semua data-data, baik itu data yang menunjang proses pembelajaran maupun data akhir proses pembelajaran. 

      1. Pengamatan (observasi)

Mengamati ialah kegiatan mengumpulkan data kebenaran dengan tujuan untuk mempelajari suatu system. Pada tahapan pelaksanaan tindakan pada dasarnya bersamaan dengan tahapan mengamati (observasi).

          1. Tahap Refleksi                            

Pada tahapan refleksi hasil pengamatan (observasi) dilakukan bersama sahabat sejawat yang pada akhirnya didiskusikan kembali. Pada saat proses pembelajaran biasanya muncul masalah selama tahap pelaksanaan tindakan yang dianalisis dan diidentifikasi. Pada akhirnya hasil kegitan proses pembelajaran yang telah dianalisis dan diidentifikasi masalahnya ditentukan dan dicari solusi jalan keluar untuk memperbaiki pada saat siklus berikutnya berlangsung.

        1. Teknik Pengumpulan Data
  1. Observasi

Observasin ialah kegitan dikerjakan dari hal  terencana dan tercatat dengan tujuan untuk mengetahui sebatas mana tujuan tersebut tercapai. Herdiansyah (2010) menyatakan pemerolehan data diambil langsung dari lapangan pengertian dari observasi.

Observasi dikerjakan dengan mengamati ke lapangan langsung proses belajar mengajar Ilmu Pengetahuan Alam, dari awal kegiatan sampai dengan selesai kegiatan penelitian, baik tentang metode ataupun materi pembelajaran IPA di SD Negeri 35 Lubuklinggau.

  1. Tes

Tes yang dipakai ialah tes yang berbentuk tes formatif yang bentuknya tertulis yang terkait dengan materi ajar. Teknik tes yang dipergunakan untuk melihat seberapa pahamnya peserta didik pada materi pembelajaran yang telah berlangsung. Murid yang dikatakan sudah mencapai tingkatan pemahaman dan penguasaan pembelajaran yakni ketika pserta didik telah mendapatkan minimal 85% dari penargetan pengumpulan data, yang gunanya untuk pengukuran pemahaman dan kemampuan yang sudah ditetapkan.

  1. Dokumentasi

Oleh cara ini dimanfaatkan untuk mendapat data, proses pembelajaran, struktur SD Negeri 35 Lubuklinggau dan foto-foto pada saat kegiatan pembelajaaran IPA berlangsung.

        1. Instrumen Penelitian
  1. Lembar observasi

Kegiatan pengamatan secara langsung mencakup pengamatan aktivitas  kegiatan murid dan pendidik saat mengendalikan kelas. Dalam kegiatan pengamatan ini upaya pendidik pada kelas V yakni saat proses pembelajaran harus sejalan pada peningkatan kualitas akhir proses belajar mengajar melalui cara penggunaan metode card sort guna menyimpulkan proses kegiatan pembelajaran pada siklus yang telah berlangsung untuk direfleksikan kembali kesiklus berikutnya. 

  1. Teknik Analisis Data

Dalam menganalisis data hasil tes atau uji kemampuan, teknik yang dipakai ialah sebagai berikut:

Nilai Individu:   Y  =  BS X 100%

Keterangan:

Y =  Nilai/skor akhir yang diperoleh siswa

B =  Skor yang diperoleh siswa

S =  Skor maksimal (Depdikbud, 2004, h.14)

Sedangkan analisis data yang akan peneliti gunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam mepelajarai IPA dengan metode card sort, peneliti menggunakan analisis deskriptif kualitatif, artinya peneliti akan menguraikan data secara deskripsi berdasarkan data yang peneliti peroleh selama melakukan penelitian tindakan kelas. Analisis dari hasil pengumpulan data ini akan sangat mendukung sekali dalam mengetahui ketuntasan belajar siswa kelas V SD Negeri 35 Lubuklinggau.

Selanjutnya untuk melihat hasil belajar siswa secara klasikal dalam pembelajaran IPA melalui metode card sort, peneliti mempresentasekan jumlah siswa/murid yang mendapat nilai 70 atau lebih dari KKM yakni dengan penggunaan rumus berikut ini :

X =  TM   X 100%

Keterangan:

X =  Persentase hasil secara klasikal

T  =  Jumlah siswa yang tuntas belajar

M =  Jumlah seluruh siswa dikelas (Sudjana, 2006, h.82)

Jika hasil penelitian ini sama dengan kriteria pengujian hipotesis atau kriteria yang ditetapkan, maka metode card sort dinyatakan mampu meningkatkan kemampuan pembelajaran IPA kelas V.

 

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

  1. Deskripsi Hasil Penelitian dan Perbaikan Pembelajaran

Hasil penelitian ini memuat tentang data dan pengolahan data yang sebelumnya didapat melalui pengamatan (observasi) terhadap kegiatan prose belajar mengajar IPA di Kelas V SD Negeri 35 Lubuklinggau, antara lain :

  1. Prasiklus

            Pelaksanaan penelitian dilakukan di kelas V SD Negeri 35 Lubuklinggau yang berjumlah 20 orang siswa. Guna mengadakan siklus perbaikan, maka pra tindakan dilakukan pada tanggal 26 April 2021 sebagai langkah awal untuk mengetahui pemahaman siswa. Pada tanggal 26 April 2021 di kelas V SD Negeri 35 Lubuklinggau, peneliti mengadakan pelaksanaan prasiklus dengan tujuan untuk mengetahui pemahaman siswa dalam materi zat tunggal dan campuran, setelah diketahui hasil belajar siswa/murid, maka akan dilakukan tahap perbaikan dengan metode permainan kartu (card sort) untuk mengetahui hasil belajar siswa tersebut, peneliti menggunakan tes tertulis dengan aspek yang dinilai dapat menggunakan materi dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan komponen penyusunnya (zat tunggal dan campuran). Dengan skor 20 disetiap jawaban yang benar. Untuk lebih jelasnya mengenai hasil prasiklus adalah antara lain dapat dilihat pada gambar berikut ini :

 

Grafik 4.1 Hasil Ketuntasan Prasiklus

            Berdasarkan gambar diatas, diketahui bahwa pada tes akhir pra siklus, murid yang tuntas terdapat 7 orang siswa (35%) sedangkan murid yang belum tuntas terdapat 13 orang siswa (65%). Maka dapat disimpulkan siswa belum mampu memahami materi tentang zat tunggal dan campuran sehingga diperlukannya perbaikan pembelajaran supaya hasil belajar siswa lebih baik.

  1. Siklus I

Berdasarkan  hasil  tes  awal, yaitu pelaksanaan siklus I yang dilaksanakan pada tanggal 28 April 2021 yang diikuti oleh 20 orang siswa, maka permasalahan yang dihadapi siswa adalah siswa kurang mampu mengelompokkan materi dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan komponen penyusunnya (zat tunggal dan campuran). rentang nilai siswa kelas V SD Negeri 35 Lubuklinggau dalam pemahaman terhadap pembelajaran IPA pada siklus I rentang nilai 90-100 sebanyak 10 orang (50%), rentang nilai 80-89 sebanyak 4 orang (20%), rentang nilai 70-79 sebanyak 2 orang (10%), rentang nilai < 69 terdapat 4 orang (20%), dengan nilai rata-rata 79,5. Dapat dilihat pada gambar berikut ini :

 

Grafik 4. 2 Hasil Penilaian Siklus 1

Berdasarkan gambar diatas, diketahui pada tes akhir siklus I, siswa yang tuntas mendapatkan nilai 70-100 adalah 16 orang siswa (80%) sedangkan siswa yang belum tuntas mendapatkan nilai 60 adalah 4 orang siswa (20%). Pada siklus I ini adanya perubahan dan kenaikan pada hasil belajar siswa. Peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa menjadi lebih baik dari sebelumnya, tetapi perlu perbaikan kembali hasil belajar siswa. Maka peneliti memandang perlu melakukan tindakan siklus II.

  1. Siklus II

Berdasarkan  hasil  tes  awal, yaitu pelaksanaan siklus I yang dilaksanakan pada tanggal 05 Mei 2021 yang diikuti oleh 20 orang siswa, maka permasalahan yang dihadapi siswa adalah siswa kurang mampu mengelompokkan materi dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan komponen penyusunnya (zat tunggal dan campuran). Rentang nilai siswa kelas V SD Negeri 35 Lubuklinggau dalam pemahaman terhadap pembelajaran IPA pada siklus II rentang nilai 90-100 sebanyak 12 orang (60%), rentang nilai 80-89 sebanyak 4 orang (20%), rentang nilai 70-79 sebanyak 4 orang (20%), dan tidak ada siswa yang mendapatkan nilai 60. Hasil siklus II, dapat dilihat pada gambar berikut ini :

 

Grafik 4.3 Hasil Penilaian Siklus II

Berdasarkan gambar diatas dapat ditarik kesimpulan terjadi perkembangan hasil belajar murid pembelajaran siklus I dan siklus II. Pada pembelajaran siklus II hasil pembelajar yang dicapai murid sudah memuaskan dan sesuai dengan harapan peneliti. Dari 20 murid telah mencapai  Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Oleh karena itu, perbaikan pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam tentang materi zat tunggal dan campuran berakhir pada siklus II.

  1. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa baik hasil belajar maupun aktivitas peserta didik mengalami peningkatan yang signifikan tiap siklusnya. Hasil belajar peserta didik diukur melalui tes evaluasi yang dilakukan pada tiap akhir siklus. Indikator keberhasilan tindakan kelas tersebut adalah apabila standar ketuntasan hasil belajar peserta didik secara klasikal mencapai 85% dan secara individual nilai yang diperoleh peserta didik mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70.

        1. Pembahasan Pra Siklus

Dari pembelajaran awal atau prasiklus didapat hasil belajar dalam pembelajaran IPA sangat rendah, hal ini terbukti dari hasil tes akhir pada prasiklus yang dibuktikan dengan nilai siswa banyak yang tidak mencapai ketuntasan hanya beberapa orang siswa yang nilainya mencapai ketuntasan. Sebelum penggunaan metode pembelajaran permainan kartu (card sort) pada tahap prasiklus, menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar dan ketuntasan belajar masih sangat rendah. Pada tahap prasiklus materi pembelajaran IPA adalah tentang zat tunggal dan campuran. Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa pada prasiklus hanya mencapai 64,5. Yaitu 35% tuntas atau 7 siswa dan 75% atau 13 siswa belum tuntas . Hal ini menunjukkan bahwa permasalahan pada pembelajaran IPA perlu diberikan solusi melalui penggunaan metode card sort khsusnya materi zat tunggal dan campuran. Hasil belajar dan ketuntasan belajar masih butuh peningkatan pada materi pembelajaran IPA materi zat tunggal dan campuran kelas V SD Negeri 35 Lubuklinggau perlu ditingkatkan melalui penggunaan metode yang tepat. Maka dari itu dilakukan perbaikan pembelajaran pada siklus I.

        1. Pembahasan Siklus I

Pada siklus I pembelajaran dikhususkan pada penggunaan cara permainan kartu (card sort), metode ini baru pertama kali diimplementasikan di kelas V SD Negeri 35 Lubuklinggau, karena selama ini guru hanya mengajar dengan menggunakan metode ceramah dan hanya menggunakan buku cetak siswa. Penggunaan metode pada siklus I masih mengalami beberapa kendala, diantaranya siswa masih belum mampu memilih materi dalam kehidupan sehari-hari. Namun, hasil penggunaan metode permainan kartu (card sort) pada siklus I menemukan bahwa rata-rata hasil belajar, ketuntasan belajar mengalami peningkatan yang signifikan jika dibandingkan dengan tahap prasiklus. Berdasarkan data yang diperoleh menemukan bahwa rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari 64,5 pada prasiklus menjadi 79.5 pada siklus I. Berdasarkan data perolehan ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari 7 siswa (35%) pada prasiklus menjadi 16 siswa (80%) pada siklus I. Dari prasiklus sampai dengan siklus I mengalami peningkatan hasil belajar dalam pembelajaran. Ini menunjukkan bahwa metode permainan kartu (card sort) tepat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi zat tunggal dan campuran kelas V SD Negeri 35 Lubuklinggau. Pada sisklus I, penulis masih merasa kurang memuaskan dikarenakan masih ada murid yang mendapat nilai di bawah KKM yaitu dari 20 murid yang belum tuntas ada 4 siswa atau 35% di bawah KKM. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya:

              1. Cara card sort masih menggunakan tulisan sehinggan siswa bosan
              2. Pengaturan waktu dalam pembelajaran kurang maksimal

Oleh karena itu peneliti melakukan perbaikan pembelajaran pada siklus II.

        1. Pembahasan Siklus II

            Setelah perbaikan dari siklus sebelumnya, penggunaan metode permaian kartu (card sort) untuk memperbaiki hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam tentang materi zat tunggal dan campuran kelas V SD Negeri 35 Lubuklinggau pada siklus II, menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa mengalami kemajuan jika dibandingkan dengan prasiklus dan siklus I.

            Berdasarkan data yang diperoleh setiap siklusnya menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa mengalami kenaikan dari 64,5 pada pra siklus menjadi 79,5 pada siklus I dan menjadi 85.75 pada siklus II. Berdasarkan data yang didapat ketuntasan belajar siswa pada tiap siklusnya mengalami peningkatan dari 7 siswa (35%) pada prasiklus menjadi 16 siswa (80%) pada siklus I dan menjadi 20 siswa (100%) pada siklus II mengalami peningkatan hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa. Ini menunjukkan bahwa metode permainan kartu (card sort) tepat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi zat tunggal dan campuran kelas V SD Negeri 35 Lubuklinggau. Peningkatan persentase setiap siklusnya tergambar pada gambar berikut ini:

 

Grafik 4.4 Persentase Hasil Belajar dan Ketuntasan Belajar Pada Tahap Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

Dari hasil pembelajaran perbaikan sikus II hasil belajar siswa sangat memuaskan karena semua siswa mendapat nilai di atas KKM, sehingga perbaikan cukup sampai pada siklus II.

V. KESIMPULAN SARAN DAN TINDAK LANJUT

        1.   Simpulan

Terdapat peningkatan nilai rata-rata pada setiap kegiatan penelitian yang dilakukan, yakni pada kegiatan prasiklus nilai rata-rata siswa sebesar 64,5, sedangkan kegiatan siklus 1 sebesar 79,5, dan kegiatan siklus II sebesar 85,75. Maka dapat disimpulkan penggunaan metode card sort dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 35 Lubuklinggau dalam pembelajaran IPA. Pemahaman terhadap materi mengelompokkan materi dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan komponen penyusunnya (zat tunggal dan campuran) dengan menggunakan metode card sort dalam pembelajaran tergolong baik, karena nilai rata-rata siswa pada kegiatan siklus 1 sebesar 79,5, dan kegiatan siklus II sebesar 85,75 maka dinyatakan setelah dilaksanakan dua kali siklus perbaikan hasil belajar siswa semakin meningkat.

Besarnya nilai rata-rata siswa pada kegiatan siklus 1 sebesar 79,5, dan kegiatan siklus II sebesar 85,75, diketahui terdapat peningkatan masing-masing siklus dalam pembelajaran IPA siswa kelas V SD Negeri 35 Lubuklinggau melalui metode card sort terlihat dari hasil prasiklus yaitu dari 20 orang siswa terdapat 7 orang (35%) siswa telah mencapai ketuntasan belajar dan 13 orang (75%) siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Setelah menggunakan metode card sort pada siklus I bahwa sebanyak  16 orang (80%) siswa telah mencapai ketuntasan belajar dan 4 orang (20%) siswa belum mencapai ketuntasan belajar.

        1. Saran dan Tindak Lanjut

Pada akhir penelitian ini, peneliti memberikan saran:

  1. Kepada guru, khusus mengajar mata pelajaran ilmu alam dalam proses mengajar dengant menggunakan metode pembelajaran card sort.
  2. Kepada sekolah tempat peneliti, semoga dapat menerapkan metode  pembelajaran yang telah diterapkan yakni metode card sort.
  3. Kepada lembaga Universitas Terbuka semoga dapat mempersiapkan tenaga pendidik yang dapat menggunakan metode pembelajaran card sort sehingga meningkatkan pembelajaran didalam kelas.

 

DAFTAR PUSTAKA

A.M. Sardiman. (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT Rajagrafindo : Jakarta.

Depdikbud. (2004). Konsep Dasar Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Balai Pustaka.

Herdiansyah, Haris. (2010). Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.

Istarani. (2011). Metodel pembelajaran Inovatif (Referensi Guru Dalam Menentukan Metodel pembelajaran). Medan : Media Persada.

Mulyasa, E. (2008). Menjadi Guru Profesional, Menciptakan Pembelajaran Kreatif Dan Menyenangkan. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

Made, Wena. (2010). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara.

Ni Luh Endrawati. (2014). Penerapan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Tilil Bandung Pada subtema Keberagaman Budaya Bangsaku.Skripsi FKIP PGSD UNPAS. Bandung. Tidak Diterbitkan.

Rusman, (2012). Model-Model Pembelajaran. Bandung : Seri manajemen Sekolah bermutu.

Sudjana. (2006). Dasar-Dasar Penelitian Hasil Belajar. Jakarta: Usaha Nasional.

Slamet. (2010). Belajar & faktor – faktor yang mempengaruhi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Sudjana (2010). Dasar-dasar Proses Belajar, Sinar Baru Bandung.

Wardani. (2002). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas Terbuka.


Bagikan ke:

Apa Reaksi Anda?

0


Komentar (0)

Tambah Komentar

Agenda Terbaru
Prestasi Terbaru